Kelahiran Banteng Jawa di Pangandaran Jadi Titik Cerah Pelestarian Satwa Langka

Selasa, 29 Juli 2025 | 22:50:13 WIB

BANDUNG — Harapan baru bagi pelestarian satwa langka muncul di Pangandaran, Jawa Barat. Seekor bayi Banteng Jawa (Bos javanicus javanicus) berjenis kelamin betina lahir di Pusat Reintroduksi Banteng Jawa, kawasan Cagar Alam Pananjung, pada Minggu (27/7) pukul 06.00 WIB. 

Kelahiran ini menjadi momen penting dalam upaya konservasi spesies yang nyaris punah di wilayah tersebut.

Bayi banteng ini merupakan anak dari induk bernama Uchi, salah satu dari empat individu yang dilepasliarkan oleh Menteri Kehutanan pada 11 Desember 2024 saat peresmian pusat konservasi tersebut. 

Ini adalah kelahiran pertama sejak pusat reintroduksi beroperasi.

“Kelahiran ini membuktikan keberhasilan pendekatan konservasi semi alami yang kami terapkan di kawasan reintroduksi,” ujar Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Agus Arianto, Senin (28/7).

Bayi banteng tersebut diberi nama Exploitasia oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, sebagai simbol semangat eksplorasi dan pelestarian kekayaan hayati Asia. 

Penamaan itu diumumkan langsung oleh Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, yang menyebut momen ini sebagai 

'tonggak penting dalam konservasi satwa endemik Jawa'.

“Semoga Exploitasia tumbuh sehat dan menjadi penopang regenerasi populasi Banteng Jawa di habitat aslinya,” katanya.

Kawasan reintroduksi seluas lima hektare ini dibangun untuk memulihkan populasi Banteng Jawa yang sebelumnya dinyatakan punah lokal di Cagar Alam Pananjung sejak 2023.

Saat ini, kawasan tersebut dihuni oleh dua pasang banteng hasil kolaborasi dari tiga lembaga konservasi: Taman Safari Bogor, Taman Safari Prigen, dan Taman Safari Bali (Gianyar). Induk Uchi sendiri berasal dari Taman Safari Bogor.

Program konservasi ini dijalankan dengan pendekatan semi alami, yang memungkinkan satwa beradaptasi secara bertahap sebelum dilepasliarkan sepenuhnya ke alam bebas. 

Sebanyak sembilan petugas dikerahkan untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan satwa, termasuk dalam pemantauan masa birahi, pemberian pakan, dan pemeriksaan medis.

Keberhasilan program ini merupakan hasil sinergi banyak pihak, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BBKSDA Jawa Barat, Taman Safari Indonesia, Pemerintah Kabupaten Pangandaran, masyarakat lokal, serta dukungan sektor swasta seperti PT Star Energy Geothermal Darajat II Limited.

Dengan kelahiran Exploitasia, Pangandaran tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan konservasi satwa langka Nusantara. 

Indonesia membuktikan bahwa pelestarian keanekaragaman hayati kini bukan sekadar wacana, melainkan tindakan nyata yang berkelanjutan.[]

Terkini