Agar Warganya Sehat, Bupati Rio Kirim Tim Temukan Solusi Rumah yang Berdempetan dengan Kandang Sapi

Agar Warganya Sehat, Bupati Rio Kirim Tim Temukan Solusi Rumah yang Berdempetan dengan Kandang Sapi

SITUBONDO – Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo menyoroti kebiasaan warga pedesaan yang masih membiarkan kandang sapi menempel dengan rumah tinggal. Praktik itu dianggap tidak baik karena berisiko langsung terhadap kesehatan keluarga.

Bupati yang akrab disapa Mas Rio itu menyampaikan hal tersebut dalam acara pemberian penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang digelar Dinas Kesehatan Situbondo di Aula Lantai II Pemda, Kamis (4/12/2025).

Di hadapan para camat dan petugas kesehatan, Mas Rio menyinggung temuan berulang saat turun ke desa. “Sering saya amati, di desa-desa rumah kumpul dengan kandang sapi,” ujarnya.

Menurut Bupati, kondisi kandang ternak yang berdempetan dengan rumah warga berpotensi membahayakan kesehatan. Ia bahkan meminta konfirmasi langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan, dr Sandy.

“Pak Kadinkes, asumsinya kondisi itu baik apa tidak untuk kesehatan?” tanyanya. Sandy menggeleng, menegaskan bahwa lingkungan seperti itu memang tidak sehat.

Mas Rio menuturkan kekhawatirannya bukan sekadar teori. Ia mencontohkan sopir pribadinya yang kerap izin kerja karena anaknya sakit. Setelah ditelusuri, rumah sang sopir ternyata menyatu dengan kandang ternak.

“Itu sopir saya sering izin anaknya sakit. Saya cek ternyata rumahnya nyatu dengan kandang,” katanya.

Oleh karena itu, ia meminta para camat melakukan mitigasi dan mencarikan solusi penataan. Pemisahan antara ruang hidup dan kandang, menurutnya, harus menjadi perhatian.

“Pesan kepada camat, coba cari cara bagaimana rumah tinggal terpisah dengan kandang,” ujarnya.

Bupati muda itu yakin posisi kandang yang terlalu dekat membuat udara di dalam rumah tercemar. Situasi ini, kata dia, makin rawan bagi bayi dan anak kecil. “Apalagi bayi itu cepat, rentan, karena yang dihirup tidak sehat,” tuturnya.

Selain masalah kandang, Mas Rio juga mengingatkan warga agar tidak lagi membuang air besar dan mandi di sungai yang mengalir di tengah kota. Ia mengakui kebiasaan itu zama dulu masih lazim, termasuk di kampung halamannya di Dauhan, namun sekarang dinilai tak relevan lagi.

“Sungai di depan rumah saya dulu dipakai mandi, cuci baju, bahkan wudhu. Tapi sekarang sudah tidak relevan terkait kesehatan,” katanya.

Ia berharap penghargaan STBM bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi momentum untuk memperbaiki perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat desa.[]

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index